English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 11 Desember 2014

Pencernaan Pada Paramecium sp

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Pencernaan Pada  Paramecium sp

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum
Fisiologi Hewan yang diampu oleh Ibu Siti Nurkamilah, S.Pd
Disusun oleh :

1.
Wajih Lukmanul Hakim
12541038
2.
Ridwan Abdussalam
12541055
3.
Fuji Nurlela Agustin
12541060
4.
Agnes Septiani
12542001
5.
Nurul Hidayah
12542002
6.
Eka Sumpena
12542011


Kelas 3-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)  GARUT
Jalan Pahlawan No.32 Telp (0262)233556
Tarogong- Garut
       2015



A.      Judul
Judul praktikum ini adalah Pencernaan Paramecium sp.

B.       Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang terjadi pada rongga makanan karena adanya perubahan pH dengan menggunakan indikator zat warna “Congo Red”.

C.      Alat Dan bahan
Alat dan Bahan yang digunakan :
ALAT:                                                BAHAN:
1.      Mikroskop cahaya                         1. Jerami
2.      Pipet tetes                                     2. yeast/ragi
3.      kaca objek                                     3. Air sawah
4.      kaca penutup                                 4. Congo Red
5.      pipet tetes
6.      kapas
7.      Pembakar spiritus
8.      beaker glass 50 cc

D.      Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah:
Tahap pertama : Pembuatan Kultur murni Paramecium sp
  1.  Siapkan alat dan bahan;
  2.  Siapkan air sawah sebanyak 500 ml 2 buah dan beri label A dan B
  3. Gelas kimia yang berlabel A dipanaskan hingga mencapai suhu 100%; dinginkan hingga 37̊C.
  4. Gelas kimia yang berlabel B mencari 20 Paramecium sp, dalam pengamatan mikroskopik dan menggunakan serat kapas agar paramecium sp diam dan terjerat.
  5. Campurkan jerami kering yang telah dipotong kecil pada gelas kimia berlabel A
  6. Masukkan ke – 20 Paramecium sp yang telah diambil ke gelas kimia berlabel A
  7. Tutuplah gelas kimia dengan plastic yang diberi lubang
  8. Setelah 4 hari kemudian
  9. Siapkan kembali 500 ml air sawah dan potongan jerami
  10. Air sawah tersebut dilakukan kembali pemanasan sampai 100%, kemudian dinginkan sampai 37̊C
  11. Siapkan  20 Paramecium sp dari gelas kimia berlabel  A yang telah disimpan selama 4 hari
  12. Masukkan Paramecium sp ke dalam media yang baru
  13.  Lakukan pengulangan langkah tersebut selang waktu 4 hari dan dilakukan selama 1 bulan


Tahap 2 : Mengetahui sistem pencernaan pada Paramecium sp.
  1. Buka penutup media kultur murni
  2. Teteskanlah air rendaman jerami dari media kultur murni
  3. Teteskan larutan ragi yang telah dicampur dengan carmin ke atas tetesan kultur
  4. Bubuhkan sedikit serat kapas di atas tetesan kultur
  5. Tutuplah dengan menggunakan cover glass
  6. Amati proses pencernaan makanan dan siklosis di bawah mikroskop



E.       Landasan Teori
Paramaecium sp , merupakan salah satu spesies dari Kelas Ciliata, Filum Protozoa. Hewan ini seluruh permukaan tubuhnya bersilia yang berfungsi sebagai alat gerak. Paramaecium biasanya hidup di air tawar dan mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk. Hewan ini mudah dibiakkan di dalam laboratorium dengan mendidihkan air dicampuri jerami (Prassad, 1980).
Pada pengamatan secara mikroskopis mudah teramati inti yang terdiri dari makronukleus dan mikronukleus, vakuola kontraktil, vakuola makanan dan “rongga mulut”.  Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (= oral grove), lalu masuk ke dalam sitostoma (“mulut”). Pada saat sampai di mulut makanan didorong dimasukkan ke dalam sitofaring (Prasad, 1980). Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring dibentuk vakuola makanan. Gerakan makanan dimulai dari “mulut” sampai ke sitofaring dibantu oleh gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Pembentukan vakuola makanan dapat terjadi setiap 5 menit (Koptal, et al., 1980)
Pencernaan makanan didalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan tersebut bergerak didalam sitoplasma (gerak siklosis). Gerak siklosis dimulai dari “mulut” ke arah posterior, kemudian ke arah anterior dan aboral, selanjutnya kembali ke posterior. Pengeluaran sisa pencernaan melalui “sitopage” (anus). Sitopage terletak di posterior “mulut”.
Proses pencernaan terjadi pada saat siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Pada awalnya vakuola makanan bersifat basa, kemudian berubah menjadi asam dan akhirnya menjadi basa lagi. Hasil pencernaan ini akan berdifusi ke dalam sitoplasma (Koptal, et al., 1980).
Rongga makanan yang bergerak secara siklosis secara bertahap akan mengecil ukurannya karena proses digesti dan absorbsi. Akhirnya sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui sitopage (Koptal, et al., 1980).

F.        Hasil Penelitian


                                   Gambar 1. Gambar Paramecium sp di bawah mikroskop

             
         Gambar 2. Paramecium sp di bawah mikroskop setelah di tambah cairan conced dan ragi


G.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk tubuh Paramecium umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk muluk (peristoma yang melanjutkan diri sebagai sitofaring) disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi aboral atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) endosark. Cara gerak Paramecium Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggunakan silium ke arah depan dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut.
Paramecium dapat melakukan gerak siklosis untuk mendapatkan makanan.Melalui pengamatan langsung proses pencernaan makanan pada paramecium terjadi didalam vakuola . Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk. Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Pada paramecium pertama sebelum ditetesi sediaan makanan, diamati vakuola makanannya berwarna transparan setelah diberi methilen blue vakuola makanan paramecium berubah menjadi biru. Dengan ditandai adanya warna tersebut dapat diketahui bahwa terjadi pencernaan pada paramecium. Selain itu juga, adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan . Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5.
Jadi, ketika sediaan makanan berupa ragi masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan  kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.  Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi
Namun pada praktikum ini kami tidak bisa melihat jelas bagaimana proses pencernaan Paramecium sp dikarenakan Paramecium dalam kultur kami berukuran sedang  sehingga kami tidak dapat melihat jelas Vakuola makanan dari Paramecium sp tersebut. Tetapi kami mengetahui bagaimana sistem pencernaan makanan pada paramecium lewat video yang diberikan yaitu melalui 4 tahap: sitofaring- posterior- anterior-sitosom- sitofage, arah pergerakan makanannya searah dengan jarum jam.

H.      Kesimpulan
Setelah kami melakukan praktikum ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwa Mekanisme pencernaan makanan pada paramaecium disebut dengan gerak siklosis. Gerak tersebut diawali oleh gerak ke bagian posterior yang kemudian akan berbelok kearah anterior, setelah sampai di ujung anterior maka gerak ini akan berlanjut ke arah posterior kembali melewati dekat oral groove dan selanjutnya menuju ke arah anus.

I.                   Daftar Pustaka
George H, Fried.  Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 2006.
Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Pre 2007.
Radiopoetro. Zoologi Avertebrata. Erlangga : Jakarta, 1986.
Rohmimohtarto. Zoologi Invertebrata. Pustaka: Jakarta, 2007.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DIKTI.

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip- Prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.

Uji Kandungan Zat Pada Urine

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Uji Kandungan Zat Pada Urine

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum
Fisiologi Hewan yang diampu oleh Ibu Siti Nurkamilah, S.Pd

                                                                         Disusun oleh :

1.
Wajih Lukmanul Hakim
12541038
2.
Ridwan Abdussalam
12541055
3.
Fuji Nurlela Agustin
12541060
4.
Agnes Septiani
12542001
5.
Nurul Hidayah
12542002
6.
Eka Sumpena
12542011

Kelas 3-B







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)  GARUT
Jalan Pahlawan No.32 Telp (0262)233556
Tarogong- Garut


2014



A. Judul 
Judul praktikum ini adalah Uji Kandungan Zat pada Urine

B. Tujuan 
Tujuan dari praktikum ini adalah 
Untuk mengetahui zat apa saja yang terkandung dalam urine manusia
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan dengan melihat kandungan urine

C. Alat Dan bahan 
Alat dan Bahan yang digunakan :
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Rak tabung reaksi
3. Indicator Universal
4. Penjepit tabung reaksi
5. Pembakar spiritus
6. Korek api 7. Larutan biuret (larutan CuSO4 1% dan larutan NaOH 10%)
8. Gelas ukur 100 cc
9. Urine
10. Larutan AgNO3 5%
11. Larutan benedict/larutan Fehling A dan Fehling B

D. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
a. Uji glukosa dalam Urine
1. Isilah tabung rekasi dengan 2 mL urine !
2. Tambahkan 5 tetes larutan benedict atau larutan Fehling A dan Fehling B !
3. Panaskan dengan lampu spiritus !

b. Uji protein dalam Urine
1. Masukkan 2 mL urine ke dalam tabung reaksi !
2. Tambahkan kira-kira 5 tetes larutan NaOH 10% dan 5 tetes larutan CuSO4 1% dan biarkan      kira-kira 5 menit !

c. Uji Albumin 
1. Masukan asam sirat sebanyak 5ml pada tabung reaksi
2. Masukan Urin 4-5 tetes
3. Teteskan pada dinding tabung reaksinya
4. Amati adakah cicin putih 

d. Mengenal bau amoniak dari hasil penguraian urea dalam urine
1. Masukkan 1 mL urine ke dalam tabung reaksi !
2. Panaskan dengan lampu spiritus !

E. Landasan Teori
          Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjagahomeostasis cairan tubuh. Urine digunakan sebagai indikator untuk mengetahui berbagai penyakit yang dialami tubuh kita. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. 
            Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui serangkaian  proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).
  1. Filtrasi.
        Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
         Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.
2. Reabsorpsi.
•         Reabsorpsi air
       Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi ditubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178 liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.
•         Reabsorpsi zat tertentu
       Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam amino. Ion Na+mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.
•         Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
     Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat – zat tersebut diabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.
         Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2 % dalam urine sekunder.

3) Augmentasi.
         Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
       Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 – 7,5. Selain itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu yang memberi warna pada urine.


F. Hasil Penelitian
1. Uji Kandungan Glukosa

                  



2. Uji Kandungan Protein






Keterangan : apabila perubahan warna menjadi hijau mengandung protein 1 x, merah 1,5 x, orange 2x dan kuning 5x

3. Uji Albumin







4. Uji Amoniak
Dilakukan dengan penciuman, tercium bau pesing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urin mengandung amoniak.

G. Pembahasan
Praktikum uji kandungan zat pada urin ini dilakukan dengan menambahkan reagen pada urine yaitu reagen fehling A dan B untuk menguji kandungan glukosa; reagen benedict untuk menguji kandungan protein; asam nitrat untuk menguji albumin dan alat indra penciuman untuk menguji amoniak yang terdapat pada urin.
Setelah dilakukan praktikum uji urin, dapat diketahui bahwa urin yang diuji tidak mengandung glukosa, protein dan albumin sehingga urin dalam keadaan yang baik. Apabila dalam urin terdapat kandungan glukosa atau protein maka urin dalam keadaan yang tidak sehat. Artinya terdapat gangguan sistem ekskresi pada ginjal. Seperti contohnya diabetes/kencing manis yang disebabkan adanya kandungan gula dalam urin. Glukosa/protein seharusnya diserap baik oleh ginjal pada tahapan reabsorpsi.
Urin yang diuji juga tidak mengandung albumin karena setelah ditetesi asam nitrat tidak terbentuk cincin putih melainkan berkas putih di tengah-tengah yang lama-kelamaan memudar. Dan yang terakhir saat diuji dengan penciuman, urin tersebut menghasilkan bau pesing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urin mengandung amoniak sebagai zat sisa yang dikeluarkan dari proses sistem ekskresi pada ginjal manusia.

H. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum uji urin, dapat diketahui bahwa urin yang diuji tidak mengandung glukosa, protein dan albumin sehingga urin dalam keadaan yang baik. Apabila dalam urin terdapat kandungan glukosa atau protein maka urin dalam keadaan yang tidak sehat. Artinya terdapat gangguan sistem ekskresi pada ginjal. Seperti contohnya diabetes/kencing manis yang disebabkan adanya kandungan gula dalam urin. Glukosa/protein seharusnya diserap baik oleh ginjal pada tahapan reabsorpsi.
Urin yang diuji juga tidak mengandung albumin karena setelah ditetesi asam nitrat tidak terbentuk cincin putih melainkan berkas putih di tengah-tengah yang lama-kelamaan memudar. Dan yang terakhir saat diuji dengan penciuman, urin tersebut menghasilkan bau pesing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urin mengandung amoniak sebagai zat sisa yang dikeluarkan dari proses sistem ekskresi pada ginjal manusia.

1. Daftar Pustaka 
Abdul Rais di 19:32
http://abdulraiz-raish.blogspot.com/2012/03/laporan-uji-urine.html

perhatian

1. beri komentar dengan sopan dan berkelakuan baik

2. tidak spam, tidak barang rombengan, tidak sampah

3. gunakan kata kata objektif dan mudah dimengerti

4. jangan lupa like halaman facebooknya

5.jangan lupa mampir lagi

terima kasih telah mengosongkan waktu untuk melihat artikel diblog ini. semoga apa yang dipostingkan disini dapat berguna bagi kita semuanya.

Flag Counter
  •  
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan