LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Uji
Enzim Amilase melalui Air Ludah (Saliva)
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah praktikum
Fisiologi Hewan yang diampu oleh
Ibu Siti Nurkamilah, S.Pd
Disusun oleh :
1.
|
Wajih
Lukmanul Hakim
|
12541038
|
2.
|
Ridwan
Abdussalam
|
12541055
|
3.
|
Fuji
Nurlela Agustin
|
12541060
|
4.
|
Agnes
Septiani
|
12542001
|
5.
|
Nurul
Hidayah
|
12542002
|
6.
|
Eka
Sumpena
|
12542011
|
Kelas 3-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
Jalan
Pahlawan No.32 Telp (0262)233556
Tarogong-
Garut
2014
A. Judul
Judul praktikum ini adalah uji enzim amilase melalui
air ludah/saliva.
B.Tujuan
B.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim amilase ( saliva ) di
lihat dari perubahan warna.
C.
Alat
Dan bahan
Alat yang digunakan :
1.
Pembakar spirtus
2.
Kaki 3
3.
Labu erlenmeyer
4.
6 tabung reaksi
5.
Rak tabung reaksi
6.
Gelas ukur
7.
Pipet tetesTermometer
8.
Kasa
9.
Gelas kimia
Bahan
Yang digunakan :
1.
Air pati (Amilum)
2.
Saliva 50 ml
3.
Benedict
D.
Langkah
kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum
ini adalah sebagai berikut.
1.
Sediakan alat dan bahan
2.
Masukan air sebanyak 50 ml kedalam 3 buah gelas kimia
kemudian diberi label A,B dan C
3.
Dalam praktikum ini adanya 3 perlakuan,
perlakuan pertama Gelas kimia yang
berlabel A dibiarkan tidak diberikan
perlakuan khusus, pada gelas kimia berlabel B di panaskan hingga suhu stabil
pada 32 derajat celsius, dan sedangkan pada gelas kimia berlabel C di panaskan
hingga suhu 80 derajat celsius.
4.
Sambil menunggu perlakuan ke 3 gelas
kimia, selanjutnya masukan 5ml amilum kedalam 6 tabung reaksi kemuadian masing
masing 2 tabung reaksi diberi label A, B
dan C.
5.
Pisahkan Tabung reaksi yang sudah di beri label A , B dan C
6.
Untuk tabung yang berlabel A di masukan
kealam gelas kimia berlabel A, Untuk tabung yang berlabel B dimasukan ke dalam
gelas kimia berlabel B setelah suhu
seimbang 32 derajat celcius, dan Untuk 2 tabung reaksi yang berlabel C
dimasukan ke dalam gelas kimia yang berlabel C yang sudah stabil pada 80
derajat selsius.
7.
Tunggu selama 10 menit.
8.
Kemudian masukan 15 tetes saliva yang
telah disaring oleh kain kasa ke dalam 6 tabung reaksi, baik itu label A, B
maupun C
9.
Setelah itu masikan 2 tetes benedic ke
dalam 6 tabung reaksi itu baik itu label A, B dan C.
10. Tunggu
selama 5 menit, kemudian amati perubahannya. Semakin biru larutan di tandakan
dengan tanda +
11. Kemudian
amati 5 menit berikutnya dengan membeikan kembali 2 tetesan benedic pada 6
tabung reaksi itu baik berlabel A, B maupun C , perlakuan ini di lakukan terus
menerus sampai 5 menit ke 10.
12. Tuliskan
hasil yang didapat pada kolom yang telah disediakan.
E.
Landasan
Teori
Enzim adalah
sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan
oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu
sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang
sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Enzim digolongkan
menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama
menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping
itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin,
tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of
Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan
tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
1.
Oksidoreduktase
2.
Transferase
3.
Hidrolase
4.
Liase
5.
Isomerase
6.
Ligase
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa
istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim,
dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein,
sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non
protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada
kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan
yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein
sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun
koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada
substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim
(Poedjadi, 2006).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk
kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan,
istilah pereaksi dan produktidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita.
Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah
produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika
keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak
dapat mengubahnya (Salisbury, 1995).
Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim
juga mempunyai struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur
tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator,
diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai.
Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan
kemampuannya (Sadikin, 2002).Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara
lain (Dwidjoseputro, 1992) :
1.
Berfungsi sebagi biokatalisator
2.
Merupakan suatu protein
3.
Bersifat khusus atau spesifik
4.
Merupakan suatu koloid
5.
Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6.
Tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia
dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas
terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011
kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai
katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat
(Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa
molekul-molekul besar yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut
dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui
memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya,
yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan
berubah. Contohnya adalah enzimenzim dari golongan protease dan urase serta
beberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro, 1992).
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu
substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan
rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa
tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).Seperti
halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya saja enzim
ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan
menjadi non aktif pada suhu 50o C (Poedjiadi, 2006).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim
akan rusak, sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan
demikian enzim tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai
biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau
permanen (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim
diantaranya adalah (Dwidjoseputro, 1992) :
1.
Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu
maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping
itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan
kecepatan enzim berkurang.
2.
pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum,
yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein.
3.
Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi
yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu
konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.4. konsentrasi substrat hasil eksperimen menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada
batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsenrasi substrat
diperbesar.
4.
Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh
terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.Dalam
banyak sistem akibat suhu tes reaksi enzim adalah mirip dengan tabiat bahwa
laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu dan akhirnya enzim kehilangan semua
aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyk enzim berfungsi
optimal dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH terhadap suatu
reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat saling bersaing.
Laju rekasi berkurang di kedua sisi pH optimum untuk setiap kombinasi dari tiga
alasan yang mungkin (Page, 1989) :
F.
Hasil
Penelitian
1.
Pada suhu ruangan (24oC)
Waktu
|
Perubahan
Warna
|
5
menit ke 1
|
+
|
5
menit ke 2
|
++
|
5
menit ke 3
|
+++
|
5
menit ke 4
|
++++
|
5
menit ke 5
|
++++
|
5
menit ke 6
|
+++++
|
5
menit ke 7
|
+++++
|
5
menit ke 8
|
++++
|
5
menit ke 9
|
+++
|
5
menit ke 10
|
++
|
Keterangan : + : Tanda yang menandakan warna biru
2. Pada
Suhu 37 – 38oC
Waktu
|
Perubahan
Warna
|
5
menit ke 1
|
++++
|
5
menit ke 2
|
++++
|
5
menit ke 3
|
++++
|
5
menit ke 4
|
++++
|
5
menit ke 5
|
++++
|
5
menit ke 6
|
++++
|
5
menit ke 7
|
++++
|
5
menit ke 8
|
++++
|
5
menit ke 9
|
++++
|
5
menit ke 10
|
++++
|
Keterangan : + : Tanda yang menandakan warna biru
3. Pada
Suhu lebih dari 80oC
Waktu
|
Perubahan
Warna
|
|
I
|
II
|
|
5
menit ke 1
|
Biru
|
Biru
|
5
menit ke 2
|
Biru ada kuning
|
Biru
|
5
menit ke 3
|
Biru kuning dan ada
bagian yang bening
|
Biru kuning dan ada
bagian yang bening
|
5
menit ke 4
|
Biru kuning
|
Biru bening hijau
|
5
menit ke 5
|
Biru hijau coklat
|
Biru ada gumpalan
putih
|
5
menit ke 6
|
Coklat hijau muda
|
Hijau memudar ada
gumpalan coklat
|
5
menit ke 7
|
Coklat hijau
|
Hijau memutih coklat
muda
|
5
menit ke 8
|
Coklat putih hijau
|
Hijau coklat biru
|
5
menit ke 9
|
Coklat pucat
|
Hijau coklat memudar
|
5
menit ke 10
|
Coklat ada gumpalan
yang mengendap
|
Endapan mulai memudar
|
G.
Pembahasan
Praktikum uji enzim amilase melalui air ludah atau
saliva ini bertujuan untuk mengetahui kandungan enzim amilase pada air ludah.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan pada penempatan suhu yang
berbeda-beda yaitu pada suhu normal (24oC), pada suhu 37-38oC
dan pada suhu maksimum sekitar > 80oC.
Pada suhu normal (24oC), keadaan larutan
amilum berwarna putih, selang lima menit kemudian ditetesi saliva dan larutan
benedict sehingga menyebabkan perubahan warna sampai lima menit ke sepuluh.
Perubahan warna tersebut mula-mula berwarna biru muda menjadi biru tua dan
kembali menjadi biru muda serta terdapat endapan berwarna putih di bawahnya.
Pada suhu 37-38oC, keadaan larutan amilum
tetap bertahan pada warna biru sampai lima menit kesepuluh.Sedangkan pada suhu
maksimum (> 80oC), keadaan larutan amilum pada dua tabung yang
berbeda memiliki perubahan warna yang terdapat perbedaan juga, terutama dalam
hal adanya gumpalan berwarna putih seperti saliva yang lama kelamaan menjadi
berwarna coklat muda.
Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat kita
ketahui, bahwa :
· Protein
enzim dapat mengalami denaturasi akibat pH ektrem tinggi atau rendah.
· Protein
enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang terionisasi pada rantai
samping yang mungkin aktif hanya pada suatu keadaan ionisasi.
· Substrat
dapat diperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya satu bentuk
muatan.Kelebihan enzim sebagai katalis antara lain (Suhtandry, 1985) :
a. mempunyai
tenaga katalitik yang jauh lebih besar.
b. Spesifikasi
pada substrat sangat besar sekali.
c. Mempercepat
reaksi tanpa produksi samping
d. Berjalan
pada suhu temperatur normal
e. Bekerja
dengan urutan reaksi tertentu
f. Reaksi
menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia lain.
H.
Kesimpulan
pada suhu sangat rendah aktivitas enzim dapat
terhenti secara reversibel. Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energi
kinetik enzim dan frekuensi tumbuhan antara molekul enzim dan substrat.
Pada suhu ruangan (24oC) aktifitas enzim
terhenti secara reversibel dilihat karena adanya endapandan warna biru dari
beneditc yang tidak berubah.
Pada Suhu 37 – 38oC aktifitas enzim
bekerja secara optimum karena tidak terlihat gumpalan saliva yang terlihat
hanya gumplan amilum.
Pada Suhu lebih dari 80oC terjadinya denaturasi enzim, dilihat dari perubahan warna yang kecoklatan dan penggumpalan saliva
Pada Suhu lebih dari 80oC terjadinya denaturasi enzim, dilihat dari perubahan warna yang kecoklatan dan penggumpalan saliva
I.
Jawaban
soal
1.
Apa fungsi enzim amilase dan organ apa
saja yang menghasilkannya?
Fungsi enzim amilase adalah
mengubah amilum menjadi glukosa dan maltos, organ yang menghasilkan adalah
grandula sub mandibularis, parotis dan sub lingualis, enzim ini juga terdapat
di dalam usus halus.
Enzim amilase berfungsi memecah
karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi
molekul yang lebih sederhana maltosa sehingga mempermudah perjalanan kebagian
bagian organ pencernaan lainnya. Di dalam mulut yang tercampur dengan air liur
mengandung enzim amilase ( ptyalin )
yang dihasilkan di daerah rongga mulut.
2.
Apa fungsi saliva pada pencernaan
makanan:
Fungsi saliva adalah :
a. Membasahi
makanan
b. Membunuh
mikroorganisme
c. Membantu
menelan
d. Membersihkan
dan membantu memelihara kesehatan rongga mulut
e. Mencerna
secara kimia amilum menjadi glukosa dan maltosa
Di
dalam rongga mulut terdapat saliva yang di hasilkan oleh kelenjar ludah yang
mana berfungsi untuk membasahi makanan agar mudah di kunyah dan ditelan. Air
ludah juga mengandung enzim ptyalin yang mengubah karbohidrat atau glukosa
kompleks, menjadi disakarida yaitu gula sederhana agar mudah di proses lebih
lanjut.
3. Coba
jelaskan urutan hidrolisis amilum!
a. Di
rongga mulut amilum sudah mulai mengalami pencernaan oleh enzim ptyalin yang
terdapat di dalam air liur ( saliva ). Amilum yang dicerna didalam mulut berubah
menjadi lebih halus yang disebut bolus.
b. Bolus
ditelan kedalam gaster. Di dalam gaster proses pencernaan amilum dan ptyalin
tetap berlangsung.
c. Didalam
lambung tidak ada enzim yang dapat memecah karbohidrat. Jika makanan yang
dimakan hanya terdiri dari karbohidratsaja maka akan tinggal di dalam gaster
selama 2 jam. Dan segera di teruskan ke duodenum. Bolus yang merupakan gumpalan
padat sekarang menjadi lebih cair disebut chimus.
d. Di
duodenum chymus dicampur dengan sekresi pancreas yang mengandung enzim
amylopepsin.
e. Karbohidrat
yang tidak dapat dicerna di alirkan terus ke colon dan dibantu dengan mikroba
yang terdapat di dalam usus melalui proses fermentasi dan menghasilkan energi
untuk keperluan mikroba tersebut. Fermentasi yang meningkat di dalam colon
menghasilkan banyak gas karbondioksida yang dikeluarkan dalam bentuk flatus (
kentut ). Sisa karbohidrat yang masih ada dibuang dalam bentuk tinja.
Daftar Pustaka
Poedjiadi, Ana. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Isnaeni, Wiwi. (2006). Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: Kanisius
Maryati, Sri.
2000. Enzim. Jakarta :Erlangga
Poedjaji. Anna. 1994. Dasar-dasarBiokimia. Jakarta
: UI Press
Anonym. Saliva. http://id.wikipedia.org/wiki/saliva. [online].
[28 OKTOBER 2014 ]
Anonym. Enzim amylase. http://id.wikipedia.org/wiki/enzim amylase. [online].
[28 OKTOBER 2014]
LAMPIRAN
1.ALAT DAN BAHAN
1.ALAT DAN BAHAN
Gelas Kimia dan Gelas Reaksi |
Pipet Tetes |
Rak Dan Tabung Reaksi |
Air Ludah dan saliva |
Kaki Tiga dan Pembakar Spirtus |
Larutan Benedict dan Larutan Amilum |
2.Pengamatan pada Suhu Biasa (24oC) (Download)
3.Pengamatan pada Suhu 37-38oC (Download)
4.Pengamatan pada Suhu
> 80oC (Download)
.